Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Akuntansi Biaya : Job Order Costing (Perhitungan Biaya Berdasar Pesanan)

Artikel ini berisi mengenai Job Order Costing atau Sistem Perhitungan Berdasarkan Pesanan dalam akuntansi biaya. Dalam akuntansi manufaktur, produk bisa dibuat dalam Proses Costing (Perhitungan biaya dengan melihat prosesnya) dan Job Order Costing. Job Order Costing inilah yang akan kita bahas.

Akuntansi Biaya Job Order Costing

Sistem Perhitungan Biaya Berdasar Pesanan

Pada saat menghitung tarif produksi ada dua metode perhitungan yakni metode perhitungan berdasarkan orderan (job order costing) dan juga metode perhitungan tarif berdasarkan progres (process costing). Tujuan dari kedua metode perhitungan tarif hal yang demikian berupa yakni untuk memilih tarif dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan.

Metode perhitungan tarif yang di gunakan seharusnya ekonomis dalam pengoperasiannya. Pada saat metode perhitungan tarif berdasarkan orderan (job order costing atau job costing), tarif produksi diakumulasikan untuk seluruh orderan (job) yang terpisah. Sebuah orderan yakni output yang di identifikasikan untuk memenuhi orderan pelanggan tertentu maupun untuk mengisi kembali sebuah item persediaan.

Supaya rincian dari perhitungan tarif berdasarkan orderan pantas dengan usaha yang di butuhkan, seharusnya ada perbedaan penting dalam tarif per unit sebuah orderan dengan orderan lain. Misalnya, apabila sebuah percetakan secara simultan mempersiapkan orderan untuk label, kertas kado berwarna, dan gambar tempel,

Karenanya dari itu orderan-orderan hal yang demikian bisa dengan gampang di kelompokan berdasarkan tampilan fisiknya, tarif per unit dari orderan-orderan hal yang demikian juga berbeda, dan perhitungan tarif berdasarkan orderan di gunakan. Rincian tentang sebuah orderan dicatat dalam sebuah kartu tarif orderan (job cost sheet), yang berbentuk kertas maupun elektronik.

Kecuali dari pada itu banyak orderan yang bisa dijalankan secara simultan, tiap-tiap kartu tarif orderan menggabungkan rincian untuk satu orderan tertentu. Rincian hal yang demikian meliputi tarif bahan baku lantas, energi kerja lantas dan juga overhead yang dibebankan ke tiap-tiap orderan.

Biaya Bahan Baku Langsung

Bermula dari adanya orderan, saat departemen produksi/pabrik yang bertugas mengerjakan proses orderan tersebut, pasti akan membuat perencanaan terutamanya melakukan agenda produksi yang meliputi : bahan baku yang diperlukan dengan Surat Permintaan Pembelian (Purchase Requisition). Surat permintaan Pembelian ini sebagai pertanda pembelian untuk melakukan orderan atau dapat juga sebagai dasar untuk mengirim Order Pembelian (Purchase Order).

Pada saat petugas pembelian setibanya pesanan akan mengadakan pemeriksaan, apakah jumlah tersebut sesuai atau tidak dengan pesanan yang dilakukan, setelah itu mendapat persetujuan. Bagian pembelian menunjukan Bukti Penerimaan Bahan (Receiving Report) yang memuat jumlah kondisi barang yang diterima.

Penerimaan ini dicatat dengan mendebit perkiraan Bahan Baku (Material) maupun sebaliknya untuk perkiraan Hutang Dagang (Kas dicatat disebelah kredit). Komponen produksi memulai kegiatannya dengan membuat Bon Pengeluaran Bahan (Material Requisition).

Resume mengenai bon pengeluaran bahwa secara periodik merupakan suatu bukti untuk memindahkan tarif bahan baku segera dari perkiraan penguasaan bahan baku ke perkiraan penguasaan Barang dalam Proses (Work in Process). Tarif yang dipindahkan itu merupakan tarif bahan baku segera yang dibebankan untuk semua orderan.

Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang tidak berwujud, tidak seperti pemakaian bahan baku maka untuk cara ini semestinya dilaksanankan dengan seksama mengenai perlakuan biaya tenaga kerja langsung,

Supaya bisa ditentukan jumlah yang ideal mengenai bayaran TKL yang semestinya dibayarkan terhadap pekerja (buruh) di dalam periode pembayaran gaji dan juga pembebanan yang ideal atas biaya buruh ke sangkaan Biaya Fabrikase serta ke masing-masing pesanan.

Biaya biaya yang berhubungan dengan tenaga kerja:

1). Jam kerja :

Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memulai aktivitas produksi yaitu dengan memasukkan unsur biaya overhead serta membebankan kepada pesanan yang bersangkutan.

2). Waktu Nganggur :

Waktu dimana sebagai akibat kerusakan mesin, kekurangan pekerjaan atau juga kesalahan manajemen dsb. Karyawan tidak bekerja.

Keadaan tetap menjadi tanggung jawab manajemen, oleh sebab itu ia tetap harus membayar gaji karyawan.

3). Perlakuan:

Diperlakukan sebagai elemen Biaya Overhead Pabrik

4). Insentif :

pemberian penghargaan dalam bentuk gaji upah sebagai upaya memberikan motivasi kerja atau penghargaan karena prestasi yang baik.

5). Premi Lembur :

pembayaran gaji kepada karyawan sebab ia bekerja lebih dari standar yang ditentukan ( diatas 40 jam per minggu).

Biaya Overhead

Biaya Overhead pabrik merupakan biaya-biaya bahan tak langsung, tenaga kerja tak langsung serta biaya-biaya pabrik lainnya yang tidak secara instan diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada sebuah pekerjaan, hasil produksi/tujuan biaya akhir (Usry & Hammer, 1991 –368). Pendapat ahli lainya mengmukakan bahwa biaya overhead pabrik adalah setiap biaya yang tidak secara langsung melekat pada sebuah produk, yakni semua biaya-biaya diluar biaya bahan langsung dan juga biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik mencakup biaya produksi lainnya, contohnya seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik dan mesin-mesin.

Langkah Penentuan tarif Biaya Overhead Pabrik

1). Menyusun Anggaran

2). Menentukan Dasar Pembebanan terhadap produk dengan memperhatikan

Pertama tentukan BOP yang Dominan jumlahnya. selepas itu, pelajari sifat-sifat BOP dan juga kaitan erat antar sifat tsb. dengan dasar pembebanan yang diaplikasikan.

Adapun Variasi dasar pemilihan, yaitu satuan produk, tarif bahan baku, tarif tenaga kerja dan jam tenaga kerja langsung serta jam mesin.

3).Menghitung Biaya

Setelah tingkat kapasitas yang akan dijadikan dalam periode anggaran ditetapkan serta anggaran tarif overhead pabrik telah disusun kemudian dasar pembebanannya telah dipilih dan juga telah diperkirakan, karenanya langkah terakhir yaitu menghitung tarif tarif overhead pabrik dengan rumus :

BOP yang telah dianggarkan yaitu Biaya tarif overhead pabrik dan taksiran dasar pembebanan

Perhitungan tarif berdasarkan orderan pada perusahaan manufaktur diaplikasikan untuk menelusuri beberapa tarif secara langsung ke setiap segmen output.

Situasi ini dapat terjadi pada ketika pelanggan memesan atau segmen lain dari ouput tidak semuanya sama. Tiap-tiap segmen output yang teridentifikasi disebut orderan. Rincian dari tarif orderan dikumpulkan di kartu tarif orderan, yang juga berfungsi sebagai buku pembantu untuk akun Barang dalam Pelaksanaan.

Begitulah artikel mengenai sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan dalam akuntansi biaya atau Job Order Costing. Sekian dari saya, semoga membantu terimakasih.

Post a Comment for "Akuntansi Biaya : Job Order Costing (Perhitungan Biaya Berdasar Pesanan)"